KABARGARUT.COM — Mungkin kalian pernah menonton film atau membaca buku berjudul Alice in Wonderland. Namun, apakah kalian tahu bahwa terdapat sebuah sindrom yang dinamai berdasarkan kisah legendaris tersebut?
Pada 1955, psikiater asal Inggris John Todd, menamai sebuah kondisi sebagai Sindrom Alice in Wonderland. Penamaan ini didasarkan pada dugaan bahwa penulis buku dan film Alice in Wonderland, Lewis Carroll dan tokoh utama protagonis di buku tersebut, Alice mengalami gejala yang serupa dengan kondisi yang berhasil diidentifikasi oleh Todd.
Alice in Wonderland sendiri adalah film adaptasi dari buku genre fantasi yang mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Alice dan jatuh ke sebuah lubang kelinci. Setelah kejadian tersebut, Alice pun berpindah ke dunia fantasi yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk aneh.
Melansir dari my.clevelandclinic.org, sindrom Todd atau yang disebut dengan sindrom Alice in Wonderland merupakan sindrom yang menyebabkan adanya disorientasi dan perubahan persepsi seseorang terhadap suatu hal. Sindrom ini disebabkan oleh adanya gangguan dalam memproses input sensorik pada otak manusia.
Sindrom Todd dapat memengaruhi berbagai indra manusia, termasuk penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita sindrom langka ini adalah waktu berjalan lebih cepat atau lebih lambat, bagian tubuhnya tampak lebih kecil atau lebih besar (micropsia), dan jarak suatu benda terasa lebih jauh atau lebih dekat (teleopsia).
Melansir dari alodokter.com, penyebab pasti sindrom Alice in Wonderland sampai saat ini belum diketahui. Namun, pada orang dewasa, sindrom ini umumnya disebabkan oleh migrain. Lalu, pada anak-anak, kondisi ini lebih sering dipicu oleh infeksi dari berbagai virus, seperti influenza type A, mycoplasma, varicella-zoster virus, lyme neuroborreliosis, typhoid encephalopathy, dan streptococcus pyogenes.
Dikutip dari medicalnewstoday.com, jumlah dokter yang memberi preskripsi obat antipsikotik kepada pasien yang mengalami sindrom Alice in Wonderland sangat sedikit. Selain karena tidak adanya diagnosis psikosis dalam sindrom ini, obat antipsikotik juga dapat memicu epilepsi yang dapat memperparah kondisi pasien.
Meski demikian, biasanya dokter akan menjalankan beberapa tes seperti neurologis, tes darah rutin, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Electroencephalography (EEG) kepada para pasien yang merasa mengalami gejala sindrom Todd.
Meskipun sindrom Todd tergolong sebagai sindrom yang sulit didiagnosis karena gejalanya yang sangat umum dan luas. Namun, penting bagi para pengidap sindrom ini untuk menyadari kondisi yang mereka alami untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius. Apabila Ultimates merasa pernah mengalami gejala-gejala tersebut, Ultimates dapat melakukan konsultasi secara profesional dari dokter. Selain itu, hindari juga diagnosis diri sendiri.